Mengapa Motherland ?




Waktu itu, tahun 2019 November tanggal 1, hari terakhir kami menyelesaikan 3 bulan apprenticeship di Ciudad Obregon, Sonora, Mexico. Saya dan teman saya Faisal dipertemukan oleh seorang teman-Cirilio Zavala dengan seorang peracik kopi-Samuel Gaxiola di Cd Obregon Mexico. Samuel Gaxiola menjelaskan asal usul kopi dunia kepada kami. Menjelaskan coffee family tree

Karena kami dari Sumatera, Samuel langsung memaparkan tentang kopi gayo dan kopi lintong. Wow… Sebagai seorang kelahiran Tapanuli-Samosir, saya berteriak. "Itu kampung saya". Dan lebih parah lagi, di sela-sela percakapan tentang kopi lintong ini, Samuel juga menyampaikan kalau kopi ‘ateng’ juga ada di antara kopinya. “What do you said?”, “You are a Mexican but you talk about coffee Ateng, are you crazy?”. “Coffee Ateng is planted in my village-Samosir. And you know it very well.  In my village, Coffee Ateng is planted for pay debt, in our languge called Kopi Sigarar Utang.” Saya berteriak terkejut waktu itu.

Sumber Foto: Motherland Coffee

Antara terkejut dan malu. Saya sebagai orang Sumatera, orang Tapanuli, yang hidup lama di sekitaran Danau Toba, justru mengenal kopi Lintong dan kopi Ateng dari orang Mexico setelah ada kesempatan belajar ke Mexico. Setelah teriakan itu, saya tidak banyak bicara lagi. Saya hanya mendengar dan merenung, “Benua Amerika mengenal kopi Ateng, mengenal kopi Lintong, kopi dari sekitaran Danau Toba, Kopi Gayo, Kopi Semende, Kopi Sumatera”. “Mexico maupun USA menikmati kopi yang tumbuh sebelah rumah saya di Samosir”. “Mereka menikmati dan merindukan sensasi kopi dari tanah kelahiran saya, setiap hari”.

“Tapi, kenapa kami warga Sumatera hanya mengenal kopi tubruk dan kopi jagung?” Kenapa kopi yang sangat dihargai oleh Amerika dan Mexico tidak kami nikmati? Pertanyaan-pertanyaan itu, dan pertanyaan-pertanyaan lanjutan semakin banyak muncul di kepalaku. Hingga sebuah komitmen lahir dari pikiranku. “Kami Orang Sumatera, orang Indonesia berhak menikmati kopi terbaik dari tanah kami sendiri.”

“Kami orang sekeliling Danau Toba, Kami orang Sumatera, Kami Orang Indonesia berhak mengenal dan menikmati warisan tanah leluhur kami. Melalui kopi terbaik dari tanah kami sendiri dengan menikmati rasa kopi terbaik dari tanah leluhur kami.”



Sumber Foto: Motherland Coffee

Inspirasi ini, pemahaman ini...kemudian bertumbuh semakin besar dalam diri saya yang memberi saya kekuatan untuk melahirkan komitmen, “Saya berhutang pemahaman kepada Orang Tapanuli dan Orang Sumatera, Saya harus menyampaikan kepada kerabat-kerabat saya, saudara-saudara saya, teman-teman sebangsa saya, bahwa kami anak-anak Sumatera harus lebih dahulu menikmati warisan kami, menikmati rasa terbaik dari kopi kami” 

Butuh waktu dua tahun untuk membuat komitmen ini menjadi nyata. Karena saya, kami, sesungguhnya tidak tahu sama sekali tentang kopi. Tetapi komitmen dan keyakinan akan menemukan jalannnya sendiri. 


Sumber Foto: Motherland Coffee

Sampai pada akhirnya di pertengahan 2021 kami bertemu dengan seseorang yang sudah membidani Motherland. Saya tertarik dengan nama Motherland ini karena berelasi dengan arti tanah leluhur, satu istilah yang meng-inspirasi saya. Bermodalkan keyakinan dan harapan, kami berkomitmen untuk bersatu hati membesarkan Motherland. Sepakat bersatu hati untuk membangun Motherland Coffee, Kopi dari Tanah Leluhur, Kopi Ibu Pertiwi, Kopi dari Huta. Kami hadir untuk memudahkan  Warga Sumatera Utara, Warga Sumatera, bangsa Indonesia untuk menikmati kopi terbaik dari tanah leluhur kita.

Sahabat, Nikmati Identitas kita ini di Jalan Rajawali 92. Pematang Siantar.

Selain offline, kita juga sudah ada online lho..

Klik dan Temukan Motherland Coffee di:

Tokopedia-Motherland


Sumber Foto: Motherland Coffee

Kunjungi kami di:

fb: Motherland Coffee

ig: coffeemothereland_

Motherland Coffee & Resto


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Motherland Coffee, Selembar Cerita Tentang Penghargaan dan Ucapan Syukur akan Identitas Kita

Altitude, Mempengaruhi Rasa Kopi? Motherland Coffee Menjelaskan